Cari Blog Ini

Senin, 02 Juli 2012

POST PARTUM BLUES


PENGERTIAN POSTPARTUM BLUES

Postpartum atau masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya placenta sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka pengaeasan Postpartum adalah 2-6 jam, 2jam-6hari, 2jam-6minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari dan 6 minggu ). Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis, salah satunya yang disebut Postpartum Blues.

B.    SEJARAH POSTPARTUM BLUES

           Post-partum blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Depresi setelah melahirkan sudah dikenali sejak 460 tahun sebelum Masehi, lewat pengungkapan oleh Hippocrates. Deskripsi lebih lengkap kemudian dikembangkan dari waktu ke waktu, namun baru sekitar 15 tahun terakhir ini muncul banyak informasi seputar ini. Savage pada tahun 1875 telah menulis referensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pascasalin yang disebut sebagai ‘milk fever ‘ karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa ini, post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan, dan ditandai dengan gejala-gejala seperti : reaksi depresi /sedih/disforia, menangis , mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan. Gejala-gejala ini mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun pada beberapa minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat.
           Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya.

C.    PENYEBAB DAN GEJALA POSTPARTUM BLUES

1.    Penyebab Postpartum Blues
Beberapa penyebab Postpartum Blues diantaranya :
a.    Perubahan Hormon
b.    Stress
c.    ASI tidak keluar
d.    Frustasi karena bayi tidak mau tidur, nangis dan gumoh
e.     Kelelahan pasca melahirkan, dan sakitnya akibat operasi.
f.    Suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami.
g.     Problem dengan Orangtua dan Mertua.
h.    Takut kehilangan bayi.
i.    Sendirian mengurus bayi, tidak ada yang membantu.
j.    Takut untuk memulai hubungan suami istri (ML), anak akan terganggu.
k.    Bayi sakit (Kuning, dll).
l.    Rasa bosan si Ibu.
m.    Problem dengan si Sulung.

2.    Gejala Postpartum Blues
Beberapa gejala yang dapat timbul pada klien yang mengalami Postpartum Blues diantaranya :
a.    Cemas tanpa sebab
b.    Menangis tanpa sebab
c.    Tidak sabar
d.    Tidak percaya diri
e.    Sensitive
f.    Mudah tersinggung
g.    Merasa kurang menyayangi bayinya

Jika Postpartum Blues ini dianggap enteng, keadaan ini bisa serius dan bisa bertahan dua minggu sampai satu tahun dan akan berlanjut menjadi Postpartum Sindrome.

D.    MASALAH PADA POSTPARTUM BLUES
Beberapa masalah yang dapat timbul pada klien yang mengalami Postpartum Blues diantaranya :
1.    Menangis dan ditambah  ketakutan tidak bisa memberi asi
2.    Frustasi karena anak tidak mau tidur
3.    Ibu merasa lelah, migraine dan cenderung sensitive
4.    Merasa sebal terhadap suami
5.    Masalah dalam menghadapi omongan ibu mertua
6.    Menangis dan takut apabila bayinya meninggal
7.    Menahan rasa rindu dan merasa jauh dari suami
8.    Menghabiskan waktu bersama bayi yang terus menerus menangis sehingga membuat ibu frustasi
9.    Perilaku anak semakin nakal sehingga ibu menjadi stress
10.    Adanya persoalan dengan suami
11.    Stress bila bayinya kuning
12.    Adanya masalah dengan ibu
13.    Terganggunya tidur ibu pada malam hari karena bayinya menangis
14.    Jika ibu mengalami luka operasi, yang rasa sakitnya menambah masalah bagi ibu.
15.    Setiap kegiatan ibu menjadi terbatas karena hadirnya seorang bayi
16.    Takut melakukan hubungan suami isteri karena takut mengganggu bayi
17.    Kebanyakan para ibu baru ingin pulang ke rumah orangtuanya dan berada didekat ibunya.

E.    PENANGANAN POSTPARTUM BLUES

Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sbb :
1.    Fase Taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung inu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
2.    Fase taking hold Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
3.     Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang verlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.

Penanganan gangguan mental postpartum pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu yang mengalami post-partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut.
    Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling bila memang diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya.
Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan para ibu yang mengalami post-partum blues . Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.

Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada dua cara yaitu :
1.    Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
a.    Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
b.    Dapat memahami dirinya
c.    Dapat mendukung tindakan konstruktif.
4.    Dengan cara peningkatan support mental

Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya :
a.    Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti : membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.
b.    Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan merawat bayi
c.    Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap istrinya
d.    Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir
e.    Memperbanyak dukungan dari suami
f.    Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan
g.    Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan
h.    Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu
i.    mengganti suasana, dengan bersosialisasi
j.    Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya

Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada diri klien sendiri, diantaranya dengan cara :
a.    Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
b.    Tidurlah ketika bayi tidur
c.    Berolahraga ringan
d.    Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
e.    Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
f.    Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
g.    Bersikap fleksibel
h.    Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x
i.    Bergabung dengan kelompok ibu

F.    PENCEGAHAN POSTPARTUM BLUES

Menurut para ahli, stres dalam keluarga dan kepribadian si ibu, memengaruhi terjadinya depresi ini. Stres di keluarga bisa akibat faktor ekonomi yang buruk atau kurangnya dukungan kepada sang ibu.Hampir semua wanita, setelah melahirkan akan mengalami stres yang tak menentu, seperti sedih dan takut. Perasaan emosional inilah yang memengaruhi kepekaan seorang ibu pasca melahirkan.
Hingga saat ini, memang belum ada jalan keluar yang mujarab untuk menghindari Postpartum Blues. Yang bisa dilakukan, hanyalah berusaha melindungi diri dan mengurangi resiko tersebut dari dalam diri.
Sikap proaktif untuk mengetahui penyebab dan resikonya, serta meneliti faktor-faktor apa saja yang bisa memicu juga dapat dijadikan alternative untuk menghindari Postpartum Blues. Selain itu juga dapat mengkonsultasikan pada dokter atau orang yang profesional, agar dapat meminimalisir faktor resiko lainnya dan membantu melakukan pengawasan.

Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko Postpartum Blues yaitu :
1.    Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues, sehingga Anda sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka Anda akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.
2.    Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan kehamilan.
3.    Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat Anda merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam diri Anda.
4.    Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan postpartum yang diderita.
5.    Beritahukan perasaan 
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda inginkan dan butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau orang terdekat.
6.    Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan
Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama melahirkan, sangat diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau  orangtua Anda, atau siapa saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri Anda, bahwa mereka akan selalu berada di sisi Anda setiap mengalami kesulitan.
7.    Persiapkan diri dengan baik
Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.
8.    Senam Hamil
Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.
9.    Lakukan pekerjaan rumah tangga
    Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu Anda melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi Anda yang belum stabil, bisa Anda curahkan dengan memasak atau membersihkan rumah. Mintalah dukungan dari keluarga dan lingkungan Anda, meski pembantu rumah tangga Anda telah melakukan segalanya.
10.     Dukungan emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu Anda dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik setelahnya.
11.    Dukungan kelompok Postpartum Blues
Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal yang sama dengan Anda. Carilah informasi mengenai adanya kelompok Postpartum Blues yang bisa Anda ikuti, sehingga Anda tidak merasa sendirian menghadapi persoalan ini.

G.    ASUHAN KEPERAWATAN PADA POST PARTUM BLUES

Asuhan Keperawatan yang diberikan setelah melahirkan dapat berupa medikasi dan terapi atau kombinasi keduanya. beberapa jenis antidepressant yang sesuai dapat diberikan kepada ibu yang menyusui. Dalam psikoterapi, pastisipasi dalam grup support dilakukan untuk memberikan dan menanamkan dukungan sosial terhadap individu agar dapat mengurangi tingkat depresi yang muncul.
    Inti dari Asuhan Keperawatan yang diberikan mencakup perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis klien secara bersamaan dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.
Asuhan keperawatan yang dapat diberikan salah satunya yaitu Support group. Support group adalah sekelompok orang yang dipilih oleh psikolog, konselor dan terapis yang telah diberikan petunjuk-petunjuk khusus untuk dapat memberikan dukungan secara psikologis, moril dalam proses terapi. Biasanya keberadaan orang-orang tersebut tidak diketahui secara pasti oleh klien, karena grup tersebut juga mengikuti proses terapi atau kondisi yang sama dengan klien.
    Konseling yang dapat diberikan sebagai asuhan keperawatan terhadap klien dengan postpartum Blues diantaranya :
1.    Memberitahukan pada klien untuk menyadari bahwa dirinya bukanlah ibu yang buruk. Bukan salah klien memiliki pemikiran atau perasaan yang berlebihan pada postpartum.

2.    Memberitahu klien untuk memperlakukan dirinya dengan baik dengan cara:
a.    Makan makanan bergizi(hindari alkohol dan kafein)
b.    Banyak istirahat dan tidur
c.    Pergi keluar untuk mendapat cahaya matahari
d.    Berlatih secara rutin(berjalan selama 20 mnit atau lebih)
e.    Menyediakan waktu untuk diri sendiri(untk sejenak    menghindari tugas-tugas dan urusan bayi)
f.    melewatkan waktu bersama keluarga dan teman-teman 
3.    Anjurkan klien untuk memberitahu teman yang terpercaya mengenai perasaan yang dirasakan, khususnya bila muncul kekhawatiran akan menyakiti diri sendiri atau bayi anda.
4.    Bila perlu, anjurkan klien untuk berkonsultasi dengan dokter tentang terapis & kelompok pendukung yang dapat menolong. Bahkan lebih baik lagi untuk menemui dokter specialis kesehatan mental untuk meminta resep obat atau psikolog untuk berkonsultasi. 

Sistematika Asuhan Keperawatan yang dapat dilaksanakan yaitu :
          1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tinfakan dan evaluasi dari tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian terhadap klien postpartum Blues meliputi :
a.     Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan lain – lain
b.    Riwayat kesehatan
1)    Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
2)    Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
3)    Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.
4)    Riwayat obstetrik
a) Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT
b) Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil
c) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
    Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi plasenta
    Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir.
    Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
d) Riwayat Kehamilan sekarang.
1. Hamil muda, keluhan selama hamil muda
2. Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain.
3. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat
c. Pola aktifitas sehari-hari
1)    Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
2)    Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya perubahan pola miksi dan defeksi.
BAB harus ada 3-4 hari postpartum sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar, 1995 )
3)    Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.
4)    Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk.

2.    Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a.    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan.
b.    Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovelemia.
c.    Ansietas berhungan dengan krisis situasi, ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian, respon fisiologis.
d.    Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis cairan tubuh, penurunan Hb.
e.    Resiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma/ distensi jaringan.
f.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan atau tidak mengenal sumber informasi

H.    FAKTA MENGENAI POST PARTUM BLUES
1.    Pengalaman
a.    Kasus Pertama
    Setelah melahirkan anak pertama yang berjenis kelamin perempuan seorang ibu mengalami post partum blues dengan menolak bayinya. Kadang dia membiarkannya menangis sampai bayinya diam sendiri karena kecapekan atau tertidur. Dia juga sering memarahinya untuk kesalahan yang sepele atau bahkan karena anaknya tidak bersalah sama sekali. Dia memarahinya hanya karena merasa terganggu. Setelah post partum bluesnya sudah sembuh, dia bisa menyayangi anaknya itu seperti saudara-saudaranya yang lain. Tapi dampaknya pada diri ibu sepertinya cukup hebat. Ibu jadi tidak percaya diri, takut melakukan sesuatu, bertanya untuk hal-hal sepele (boleh tidak melakukan ini atau itu, yang mana yang harus dia pilih dan sebagainya). Dan yang membuat Ibu sedih pernah waktu jalan-jalan ke taman mini, di museum transportasi anaknya ketakutan mendengar bunyi kereta. Dia lari dan bersembunyi di belakang bis tingkat yang dipajang di halaman museum. Jongkok sambil menutup telinganya. Padahal Ibu dan ayahnya juga kedua adiknya ada di dekatnya. Ibu merasa sudah menjadi monster untuknya. Anaknya itu tidak percaya bahwa Ibunya bisa melindunginya, karena itu lari bersembunyi, bukannya memeluk Ibu atau ayahnya. 
b.Kasus Kedua
Seorang ibu melahirkan anak pertama enam tahun di Iran, hanya dengan didampingi suami, tidak ada ibunda atau sanak saudara. Biaya telpon saat itu masih sangat mahal sehingga tidak mungkin menelpon berlama-lama untuk sekedar curhat kepada Ibu. Kontrakan suami istri tersebut jauh dari orang-orang Indonesia lainnya. Ada teman-teman orang Iran yang menengok sesekali, tapi tentu saja komunikasi tidak bisa terjalin dengan sangat akrab. Singkat kata, dalam kesepian itulah, anak pertama mereka lahir.
Pasca persalinan, kondisi psikologis ibu benar-benar kacau, kondisi yang oleh para psikolog disebut Postpartum Blues. Atas saran seorang dosen, mereka pun berkonsultasi kepada lembaga konseling yang disediakan pihak sekolah. Kebetulan, yang menanganinya adalah langsung kepala lembaga itu, seorang ulama.
Beliau ternyata benar-benar ahli dalam memberikan terapi. Beliau merekomendasikan suami untuk skip kuliah semester itu supaya dapat mendampingi ibu di rumah. Mereka pun direkomendasikan untuk jalan-jalan ke luar kota dengan biaya dari pihak sekolah. Terakhir, karena ibu masih sering nangis dan marah-marah, beliau menyuruh mereka pulang berlibur ke Indonesia dengan tiket ditanggung sekolah. Alhamdulillah, akhirnya ibu pun sembuh dari postpartum blues.

2.    Penanganan
a.    Penanganan Postpartum Blues di luar negeri
        Diluar negeri skrining untuk mendeteksi gangguan mood / depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan . Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesinor sebagai alat Bantu. Edinburg Postanal Depression Scale (EDPS) merupan kuesioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan suasana depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaan berhubungan dengan labilitas persaaan kecemasan persaan bersalah serta mencakup hal-hal yang terdapat pada post-partum blues . Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan dimana setiap pertanyan memiliki 4 pilihan jawabanya yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat ini. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit . Peneliti mendapati bahwa nilai scoring lebih besar dari 12 memiliki sensitifitas 86 % dan nilai predikasi positif 73 % untuk mendiagnosa kejadian post partum blues . EDPS juga telah teruji validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swadia , Australia, Italia dan Indonesia . EDPS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 minggu kemudian .

b.    Postpartum Blues tidak memerlukan penanganan khusus
        Postpartum blues merupakan sindrom yang paling ringan diantara beberapa sindrom pasca melahirkan lainnya. Sindrom ini dialami oleh 80 persen ibu yang pertama kali melahirkan. Banyak kalangan menganggap bahwa cara terbaik untuk menyembuhkannya adalah beristirahat. Si ibu perlu rileks untuk pemulihan fisik maupun mental. Di samping itu, ia juga perlu makanan yang bergizi, minum yang banyak dan jalan-jalan pagi/sore setiap hari. Harus ada anggota keluarga atau orang lain yang membantunya melakukan pekerjaan rumah. Untuk tetap kuat, ia juga perlu berbagi cerita dengan sesama ibu baru yang memiliki pengalaman baby blues. Jenis depresi ini tidak perlu pengobatan khusus. Meski bisa juga diobati lewat akupuntur atau obat tradisional untuk menghilangkan kelelahan. Biasanya kondisi ini bisa tuntas setelah dua hingga tiga minggu setelah melahirkan.
c.    Menkonsultasikan bayi ke Psikolog
Kadang, orang tua membawa bayinya ke psikolog justru karena mereka yang bermasalah. Misal, tadinya mereka datang untuk menanyakan perkembangan bayinya. Namun setelah konsultasi berjalan, terungkaplah kalau si orang tua sedang bermasalah dan mereka mengkhawatirkan kondisi tersebut berpengaruh terhadap perkembangan si bayi. Ini tentu harus dicarikan jalan keluar yang tepat, termasuk bagaimana kiat yang harus ditempuh agar bayi bisa tetap terstimulasi. 
Bagaimanapun, masalah orang tua memang bisa merembet ke bayi. Bukankah bayi adalah bagian dari keluarga? Jadi, semuanya berkaitan. "Kalau bayi bermasalah, ya, orang tua juga bermasalah. Sebaliknya kalau orang tua bermasalah, bayi juga bisa terpengaruh," kata Ergin. 
Kondisi ibu dengan postpartum blues seperti ini akan sangat berpengaruh bagi kondisi mental bayinya. Bayi akan memberikan respons yang serupa dengan ibunya dalam bentuk sering rewel tanpa sebab. Saat dibawa ke psikolog, penelusuran latar belakang masalah bayi akan sampai juga pada masalah ibu sehingga sindrom postpartum blues ikut terdeteksi dan selanjutnya akan ditangani dengan konseling atau psikoterapi.

d.    Jurus-jurus yang bermanfaat untuk diterapkan pada persalinan kedua dalam melawan Postpartum Blues
1)    Jurus pertama
Sebelum si bayi lahir, waspadalah dan kenalilah gejala-gejala postpartum blues. Hal ini sangat berguna dalam menghadapi ancaman postpartum blues. Misalnya, ketika perasaan kacau-balau setelah melahirkan, pengetahuan tentang gejala postpartum blues akan membuat berpikir, “Oh, ini normal, pasti akan hilang seminggu-dua minggu lagi…sabar…sabar…”

2)     Jurus kedua
Lepaskan saja emosi, tidak perlu ditahan-tahan. Mau menangis ataupun marah  keluarkan saja. Sadarilah, bahwa kondisi ini normal dan dialami oleh hampir semua ibu, jadi tidak perlu ada rasa bersalah, apalagi merasa:”Aku ini bukan ibu yang baik”. Di sini letak pentingnya pemahaman suami sebelum melahirkan, perkenalkan apa itu postpartum blues pada suami.

3)    Jurus Ketiga
Usahakan tidur sebanyak mungkin (bahkan kalau ada kesempatan 10 menit pun, gunakan untuk tidur). Namun, supaya si ibu bisa tidur enak, ada hal-hal yang perlu dilakukan diantaranya jangan pedulikan keadaan rumah yang berantakan, cucian yang menumpuk, dan hal lainnya. Memikirkan hal itu malah membuat resah dan susah tidur. Yang penting tidur dulu, urusan lain biar nanti diurus.
Buat manajemen pasca kelahiran (sebelum bayi lahir, perkirakan situasinya: misalnya suami harus kerja, anak harus sekolah, lalu buat planning untuk memanage segala sesuatunya. Dengan cara ini, pasca melahirkan, kondisi rumah akan terkendali. Contoh manajemen itu diantaranya membuat  masakan banyak-banyak, simpan di kulkas, jadi tiap akan makan, tinggal dihangatkan, tidak perlu repot-repot masak lagi. Memberi tahu suami dan si kakak letak barang-barang kebutuhan mereka, sehingga tidak ada kejadian, si ibu tidur, suami teriak, “Maaa…bajuku yang biru itu di mana??” 
Bila sudah ada si kakak, pikirkan bagaimana caranya agar si kakak tidak mengganggu tidur ibu (misalnya, dititipkan ke tetangga dulu selama ayah sedang di kantor, atau dimasukkan ke play group). Bila memungkinkan, menyewa asisten ataupun pembantu minimalnya untuk sebulan sampai dua bulan setelah melahirkan, ini akan menyelesaikan banyak masalah.

4)     Jurus Keempat
Menyegarkan diri sendiri, antara lain dengan cara: Mandi berlama-lama (tentu saja, ketika ada si ayah yang menunggui bayi). Dandan yang cantik (melihat diri di cermin dan menatap penampilan lusuh dan lesu diri sendiri pasca melahirkan sangat mungkin akan menambah stress). Menelpon ibu, kakak, adik, atau teman-teman. 
Berbicara dengan orang lain adalah salah satu obat terbaik dalam mengatasi postpartum blues. Yang dibicarakan tidak harus selalu tentang bayi, malah lebih bagus lagi tentang hal-hal lain, misalnya tentang sinetron yang sedang ngetop di tv, Online internet dan chatting. Kalau sudah kuat jalan, pergilah jalan-jalan ke taman dekat rumah bersama suami, atau, bila sanggup, jalan-jalan sendiri saja ke mall untuk cuci mata atau shopping untuk diri sendiri.

5)     Jurus kelima
Sadarilah bahwa badai pasti berlalu. Rasa sakit setelah melahirkan pasti akan sembuh, rasa sakit ketika awal-awal memberi ASI pasti akan hilang, teror tangis bayi lambat laun akan berubah menjadi ocehan dan tawa yang menggemaskan, bayi yang menjengkelkan (karena menangis dan menyusui terus menerus) beberapa bulan lagi akan menjadi bayi mungil yang menakjubkan. Setiap kali merasa susah hati, ingatlah betapa beruntungnya kita karena telah dikaruniai anak oleh Tuhan. Ucapkan alhamdulillah banyak-banyak, untuk mengingat bahwa rasa sakit, perasaan tak karuan, lelah, dan lain-lain, tidak ada apa-apanya dengan nikmat karunia anak yang sehat dan lucu.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.indocina.net/viewtopic.php?f=28&t=7446

http://www.mitrakeluarga.com/kemayoran/kesehatan005.html

http://www.dunia-ibu.org/html/baby_blues.html

http://pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=2208&tbl=cakrawala

http://www.korantempo.com/news/2003/3/2/Keluarga/17.html

http://www.bayisehat.com/child-consultation/cara-mengatasi-baby-blues.html

http://www.tabloid-nakita.com/artikel.php3?edisi=06304&rubrik=bayi

Sabtu, 30 Juni 2012

~FILOSOFI BIDAN~


FILOSOFI BIDAN DAN BODY MIDWIFERY KNOWLEDGE

  1. FILOSOFI BIDAN
            Pengertian Filosofi
Filosofi : filsafat, falsafah
secara harfiah filosofi adalah cinta pada kebijaksanaan ( neil thompson,2001:64)
Filosofi adalah ilmu yang mengkaji tentang akal budi mengenai hakikat yang ada ( sebab, asal dan hukumnya ). ( kamus ilmiah populer, 2002 ).
            Pendapat Para Ahli
Filosofi adalah disiplin ilmu yang difokuskan pada pencarian dasar-dasar dan penjelasan yang nyata ( Chinn & Kramer, 1991:17 )
Filosofi adalah pendekatan berfikir tentang kenyataan meliputi tradisi, agama, marxime, existentialisme dan fenomena yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat ( Pearson dan Vaughan, 1988 ).
Diinterpretasikan seperti kebijaksanaan atau pengetahuan tentang sekeliling kita dan apa penyebabnya. Filosofi merupakan kalimat eksplisit tentang kepercayaan tentang nilai apa yang mempengaruhinya.
Filosofi adalah ungkapan seseorang tentang nilai, sikap dan kepercayaan meskipun pada waktu yang lain ungkapan tersebut merupakan kepercayaan kelompok yang lebih sering disebut ideologi ( Moya Davis,1993 ).
Filosofi adalah sesuatu yang bisa memberikan gambaran dan berperan sebagai tantangan untuk memahami dan menggunakan filosofi sebagai dasar untuk memberikan informasi dan meningkatkan praktek profesional.


            Tinjauan Filosofi Dalam Ilmu Kebidanan
            Tinjauan Keilmuan
a.       Pendekatan Ontologis
Secara ontologisilmu membatasi ilmu penelaahan keilmuannya hanya pada daerah-daerah dalam jangkauan manusia. Objek penelaahan yang berada dalam batas pra pengalaman ( penciptaan manusia ) dan pasca pengalaman ( surga dan neraka ) di serahkan ilmunya kepada pengetahuan lain.
b.      Pendekatan Epistemologis
Landasan epistemologis ilmu tercermin secara operasional dalam metode ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan
·         Kerangka pemikiran yang bersifat logis, dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun.
·         Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut.
·         Melakukan ferifikasi terhadap hipotesis termasuk untuk menguji kebenaran pendataan secara faktual
c.       Pendekatan Aksiologis
Aksiologis keilmuan menyangkut nilai-nilai yang berkaitan dengan pengetahuan ilmiah baik secara internal, eksternal maupun sosial. Nilai internal berkaitan dengan wujud dan kegiatan ilmiahdalam memperoleh pengetahuan tanpa mengesampingkan fitrah manusia. Nilai eksternal menyangkut nilai-nilai yang berkaitan dengan penggunaan pengetahuan ilmiah. Nilai sosial menyangkut pandangan masyarakat yang menilai keberadaan suatu pengetahuan dan profesi tertentu.
            Dimensi Kefilsafatan Ilmu Kebidanan
Keberadaan disiplin keilmuan kebidanan sama seperti keilmuan lainnya ditopang oleh berbagai disiplin keilmuan yang telah jauh berkembang, sehingga dalam perjalanannya mulai di pertanyakan identitas dirinya sebagai suatu disiplin keilmuan yang mandiri. Lebih lanjut sering di pertanyakan adalah ciri-ciri atau karakteristik yang membedakan pengetahuan kebidanan dengan ilmu yang lain.
Dimensi kefilsafatan keilmuan secara lebih rinci dapat dibagi menjadi tingkatan karakteristik yaitu :
§  Bersifat universal artinya berlaku untuk seluruh disiplin ilmu yang bersifat keilmuan
§  Bersifat generic artinya mencirikan segolongan tertentu dari pengetahuan ilmiah.
§  Bersifat spesifik artinya memiliki ciri – ciri yang khas dari sebuah disiplin ilmu yang membedakannya dari disiplin keilmuan yang lain.
Secara khusus setiap disiplin keilmuan mempunyai objek formal dan objek material mengenai wujud yang menjadi fokus penelaahannya, objek forma merupakan cara pandang terhadap sesuatu, sedangkan objek material merupakan substansi dari objek tertentu. Setiap disiplin keilmuan yang mandiri mempunyai objek forma dan objek material yang berbeda dengan disiplin ilmu lain. Dan ini menjadi kriteria untuk menilai keberadaan suatu disiplin ilmu yang mandiri.
Pemikiran dasar dalam ilmu kebidanan adalah memberdayakan seluruh kemampuan wanita untuk menghimpun kekuatan dalam dirinya dalam upaya proses reproduksi yang meliputi kehamilan, kelahiran, nifas dan perawatan anak.
            Tubuh Pengetahuan Kebidanan
Disiplin keilmuan kebidanan mempunyai karekteristik dan spesifikasi baik objek forma maupun objek material. Objek forma dari disiplin ilmu kebidanan adalah mempertahankan status kesehatan reproduksi termasuk kesejahteraan wanita sejak lahir sampai masa tuanya ( menopause ) termasuk berbagai implikasi dalam siklus kehidupannya. Objek material dari disiplin ilmu kebidanan adalah janin, bayi baru lahir dan anak di bawah lima tahun ( balita ) dan wanita secara utuh atau holistik dalam siklus kehidupannya ( kanak – kanak, pra-remaja, remaja, dewasa muda, dewasa, lansia dini dan lansia lanjut ) yang berfokus pada kesehatan reproduksi.
Berdasarkan pemikiran dasar objek forma dan objek material disusunlah tubuh pengetahuan kebidanan ( body of midwifery knowledge ) yang dikelompokkan menjadi empat yaitu :
1.      Ilmu Dasar
Antara lain anatomi, fisiologi, mikrobiologi dan parasitologi, patofisiologi, fisika dan biokimia.
2.      Ilmu – Ilmu Sosial
Antara lain pancasila dan wawasan nusantara, bahasa indonesia, bahasa inggris, sosiologi, antropologi, psikologi, administrasi dan kepemimpinan, ilmu komunikasi, humaniora dan pendidikan ( prinsip belajar dan mengajar ).
3.      Ilmu Terapan
Kedokteran, farmakologi, epidemiologi, statistik, teknik kesehatan dasar/keperawatan dasar, paradigma sehat, ilmu gizi, hukum kesehatan, kesehatan masyarakat, metode riset.
4.      Ilmu Kebidanan
Dasar-dasar kebidanan ( perkembangan kebidanan, registrasi dan organisasi profesidan peran serta fungsi bidan ), teori dan model konseptual kebidanan, siklus kehidupan wanita, etika dan etiket kebidanan, pengantar kebidanan profesional ( konsep kebidanan, definisi dan lingkup kebidanan dan menejemen kebidanan ), teknik dan prosedur kebidanan, asuhan kebidanan dalam kaitan kesehatan reproduksi ( berdasarkan siklus kehidupan manusia dan wanita ), tingkat dan jenis pelayanan kebidanan, legislasi kebidanan dan praktek klinik kebidanan.

            Filosofi Kebidanan
            Pengertian
Filosofi kebidanan merupakan keyakinan/pandangan hidup bidan yang digunakan sebagai kerangka fikiran dalam memberikan asuhan kepada klien, yaitu :
1.      Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan
bidan yakin bahwa kehamilan dan persalinan adalah proses alamiah, namun tetap waspada.
2.      Keyakinan tentang perempuan
bidan yakin bahwa setiap perempuan merupakan pribadi yang unik, tidak sama baik fisik, emosional, spiritual, dan budayanya. Dia punya hak untuk mengontrol dirinya, keinginan, harapan, dan kebutuhannya patut dihormati.
3.      Keyakinan mengenai fungsi profesi dan pengaruhnya
fungsi utama dari askeb adalah memastikan kesejahteraan janin dan ibunya. Bidan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi klien dan keluarganya. Proses fisiologi normal harus dihargai dan dipertahankan bila bermasalah gunakan teknologi tepat guna dan rujuk bila perlu.
4.      Keyakinan tentang pemberdayaan dan membuat keputusan
bidan yakin bahwa pilihan dan keputusan dalam asuhan terhadap perempuan patut dihormati. Keputusan merupakan tanggung jawab bersama antara perempuan, keluarga dan pemberi asuhan. Perempuan punya hak untuk memilih dan memutuskan tentang pemberi asuhan dan tempat melahirkan.
5.      Keyakinan tentang asuhan
bidan yakin bahwa fokus asuhan kebidanan adalah upaya pencegahan dan peningkatan. Bidan yakin bahwa kesehatan secara menyeluruh, meliputi pemberian informasi yang relevan dan objektif, konseling serta memfasilitasi klien yang menjadi tanggung jawabnya. Asuhan harus dibeikan dengan keyakinan bahwa dengan dukungan dan perhatian, perempuan akan bersalin dengan aman dan selamat. Oleh karena itu asuhan kebidanan harus aman, memuaskan, menghormati dan memberdayakan perempuan dan keluarganya.
6.      Keyakinan Tentang Kolaborasi Dan Kemitraan
Bidan yakin bahwa dalam memberikan asuhan tetap mempertahankan, mendukung dan menghargai proses fisiologis, intervensi dan penggunaan teknologi dalam asuhan hanya atas indikasi, rujukan yang efektif dilakukan untuk menjamin kesejahteraan ibu dan bayinya. Bidan adalah praktisi mandiri, bekerja sama mengembangkan kemitraan dengan anggota tim kesehatan lainnya.
7.      Keyakinan Tentang Fungsi Profesi Dan Manfaatnya
Bidan yakin bahwa dalam mengembangkan kemandirian profesi, kemitraan dan pemberdayaan perempuan serta tim kesehatan lainnya selama memberikan asuhan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Asuhan, dukungan, bimbingan serta kepedulian kepada klien dalam membantu mengatasi masalah kesehatan reproduksinya dilakukan secara berkesinambungan.
            Pendapat Para Ahli
            IBI
Falsafah kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan.
            Linda V. Walsh
Filosofi kebidanan berprinsip pada asuhan kebidanan :
*       Proses  kelahiran merupakan sesuatu yang fisiologis
*       Non intervensi/cara sederhana
*       Aman, berdasarkan Avidence based
*       Orientasi pada ibu secara komprehensif
*       Menjaga privasi/kerahasiaan ibu
*       Membantu ibu dalam menciptakan proses yang fisiologis
*       Memberi informasi, penjelasan dan konseling yang cukup
*       Mensupport ibu dan keluarga agar aktif
*       Menghormati praktik ( adat, keyakinan dan agama )
*       Menghormati kesehatan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu
*       Usaha promosi dan prevention 
            Prinsip Dasar Filosofi Kebidanan
§  Hubungan antara ibu dan bidan adalah dasar dalam memberikan asuhan yang baik
§  Ibu adalah fokus dalam memberikan asuhan
§  Memberikan pilihan pada ibu untuk melahirkan
§  Menggunakan seluruh ketrampilan bidan
§  Asuhan yang berkesinambungan
§  Asuhan dasar komunitas
§  Bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan
§  Memberikan asuhan yang ramah kepada ibu dan bayinya.
            Filosofi Asuhan Kebidanan
§  Memperhatikan keamanan klien ( safety )
§  Memperhatikan kepuasan klien ( satisfying )
§  Menghormati martabat manusia dan self determination
§  Menghormati akan perbedaan kultur dan etik ( respecting cultural and ethic divercity )
§  Berpusat pada konteks keluarga ( family centered )
§  Berorientasi pada promosi kesehatan ( health promotion )

  1. BODY MIDWIFERY KNOWLEDGE
Berdasarkan pikiran dasar, obyek forma dan obyek material, disusunlah tubuh pengetahuan kebidanan ( Body Midwifery Knowledge ) yang dikelompokkan menjadi 4, yaitu :
1.      ilmu dasar
    1. anatomi
    2. psikologi
    3. mikrobiologi dan parasitologi
    4. patofisiologi
    5. fisika
    6. biokimia
2.      ilmu – ilmu sosial
3.      ilmu terapan
4.      ilmu kebidanan

Jumat, 29 Juni 2012

~JAHIT PERENIUM~


CHEKLIST PENJAHITAN ROBEKAN PERINEUM

Nama Mahasiswa        :.............................................................................
NIM                            :.............................................................................
Tingkat/semester         :.............................................................................
Tanggal                       :.............................................................................
Penilaian                      :.............................................................................

Beri tanda chek (Ö) dalam kolom  jika langkah – langkah  tersebut di lakukan dengan benar.
Bobot nilai :
4 : Langkah klinik dilakukan dengan baik, benar dan tepat.
3 : Langkah klinik dilakukan dengan benar tapi kurang efektif
2 : Langkah klinik dilakukan dengan tidak tepat
1 : Langkah klinik tidak dilakukan


PROSEDUR PENJAHITAN ROBEKAN PERINEUM
NO
LANGKAH / KEGIATAN
Nilai

PERSIAPAN PENJAHITAN
4
3
2
1

1.
Bersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5 %, lepaskan dalam j keadaan terbalik dan rendam dalam klorin 0,5%





2.
Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan:
      Dalam wadah set partus masukkan: sepasang sarung tangan, pemegang j jarum, jarum jahit, chromic catgut atau catgut no.2/0 atau 3/0, pinset
      Buka alat suntik 10 ml sekali pakai, masukkan ke dalam wadah set partus
      Patahkan tabung lidokain (lidokain 1% tanpa epinefrin) - perkirakan j volume   lidokain   yang   akan   digunakan   -   sesuaikan   dengan besar/dalamnya robekan. Bila tidak tersedia larutan jadi lidokain 1%, j dapat   digunakan   lidokain   2%   yang   diencerkan   1:1   dengan
menggunakan akuades steril.        j        





3.
Posisikan bokong ibu pada sudut ujung tempat tidur, dengan posisi litotomi





4.
Pasang kain bersih di bawah bokong ibu





5.
Atur lampu sorot/senter ke arah vulva/perineum ibu





6.
Pakai satu sarung tangan





7.
Isi tabung suntik 10 ml dengan larutan lidokain 1% tanpa epinefrin





8.
Lengkapi pemakaian sarung tangan pada ke dua tangan





9.
Gunakan kasa bersih, untuk membersihkan daerah luka dari darah atau bekuan darah, dan nilai kembali luas dan dalamnya robekan pada daerah perineum.     






ANASTESI LOKAL





10.
Beritahu ibu akan disuntik dan mungkin timbul rasa kurang nyaman





11.
Tusukkan jarum suntik pada ujung luka/robekan perineum, masukkan jarum suntik secara subkutan sepanjang tepi luka.





12.
Aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap. Bila ada darah, tarik jarum sedikit dan kembali masukkan. Ulangi lagi aspirasi (cairan lidokain yang masuk ke dalam pembuluh darah dapat menyebabkan denyut jantung tidak teratur).





13.
Suntikkan cairan lidokain 1% sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah perineum





14.
Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka, arahkan jarum suntik sepanjang tepi luka pada mukosa vagina, lakukan aspirasi, suntikkan cairan lidokain 1% sambil menarik jarum suntik. (Bila robekan besar dan dalam, anestesi daerah bagian dalam robekan - alur suntikan anestesi akan berbentuk seperti kipas: tepi perineum, dalam luka, tepi mukosa vagina)





15.
Lakukan langkah no. 11 s/d 14 untuk ke dua tepi robekan





16.
Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk mendapatkan hasil optimal dari anestesi






PENJAHITAN ROBEKAN





17.
Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan.





18.
Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka episiotomi, pasang tampon atau kasa ke dalam vagina, (sebaiknya menggunakan tampon berekor benang)





19.
Tempatkan jarum jahit pada pemegang jarum, kemudian kunci pemegang jarum.





20.
Pasang benang jahit (chromic 2-0) pada mata jarum.





21.
Lihat dengan jelas batas luka episiotomi





22.
Lakukan penjahitan pertama ± 1 cm di atas puncak luka robekan di dalam vagina, ikat jahitan pertama dengan simpul mati. Potong ujung benang yang bebas (ujung benang tanpa jarum) hingga tersisa ± 1 cm.





23.
Jahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur hingga tepat di belakang lingkaran himen.






Bila menggunakan benang plain cat gut, buat simpul mati pada jahitan jelujur di belakang lingkaran himen





24.
Tusukkan jarum pada mukosa vagina dari belakang lingkaran himen hingga menembus luka robekan bagian perineum.






Bila robekan yang terjadi sangat dalam:
•    Lepaskan jarum dari benang
•    Ambil benang baru dan pasang pada jarum.
       Buat jahitan terputuspada robekan bagian dalam untuk menghindari rongga bebas/dead space.
•    Gunting sisa benang
•     Pasang kembali jarum pada benang jahitan jelujur semula





25.
Teruskan jahitan jelujur pada luka robekan perineum sampai ke bagian bawah luka robekan.






Bila menggunakan benang plain cat gut, buat simpul mati pada jahitan jelujur paling bawah





26.
Jahit jaringan subkutis kanan-kiri ke arah atas hingga tepat di muka lingkaran himen.





27.
Tusukkan jarum dari depan lingkaran himen ke mukosa vagina di belakang lingkaran himen. Buat simpul mati di belakang lingkaran himen dan potong benang hingga tersisa ± 1 cm.





28.
Bila menggunakan tampon/kasa di dalam vagina, keluarkan tampon/kasa. Masukkan jari telunjuk ke dalam rektum dan rabalah dinding atas rektum. (Bila teraba jahitan, ganti sarung tangan dan lakukan penjahitan ulang)





29.
Nasehati ibu agar :
·      Membasuh perineum dengan sabun dan air, terutama setelah buang air besar (arah basuhan dari bagian muka ke belakang)
·      Kembali untuk kunjungan tindak lanjut setelah 1 minggu untuk pemeriksaan jahitan dan rektum (Segera rujuk  jika terjad  fistula)






Lanjutkan langkah/kegiatan untuk Kebersihan & Keamanan sesuai dengan PB Persalinan Normal





JUMLAH






CARA PENILAIAN :
Nilai keterampilan =  x 100%
Keterangan : jumlah total nilai keseluruhan = 116